MAKALAH AGAMA ISLAM
HAKIKAT MANUSIA
DISUSUN OLEH:
ANGGI. M
NIM : 12110016
STIE PEMBANGUNAN TANJUNG PINANG
THN 2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas
kehadirat Allah SWT serta segala rahmat, berkah, dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘’HAKIKAt MANUSIA’’ Makalah ini disusun guna memberikan
informasi tambahan mengenai perspektif Islam dan juga untuk memenuhi tugas mata
kuliah Agama Islam. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
sumbernya berupa artikel dan tulisan telah penulis jadikan referensi guna
penyusunan makalah ini, semoga dapat terus berkarya guna menghasilkan
tulisan-tulisan yang mengacu terwujudnya generasi masa depan yang lebih baik.
Penulis berharap, semoga informasi yang ada dalam makalah ini dapat berguna
bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, banyak kekurangan dan kesalahan.
Penulis menerima kritik dan saran yang membantu guna penyempurnaan makalah ini.
Tanjung pinang. 10 .september.2012
Penulis
I
DAFTAR ISI
BAB
I……………………………………………………………………………………………………………………………………….
A.
LATAR
BELAKANG……………………………………………………………………………………..…………1
B.
RUMUSAN MASALAH …………………………………………………………………………………………..1
C.
TUJUAN
PENULISA………………………………………………………….…………………………………….1
BAB
II………………………………………………………………………………………………………………………………………
A.
PENGERTIAN
MANUSIA…………………………………………………………………………………………3
B.
PENCIPTAAN MANUSIA DALAM AGAMA ISLAM ……………………………………………………6
C.
HAKIKAT
MANUSIA……………………………………………………………………………………………….8
D.
KELEBIHAN MANUSIA DARI MAHKLUK
LAIN………………………………………………………….9
E.
PUNGSI & TANGGUNG JAWAB MANUSI MENURUT
ISLAM…………………………………11
BAB
III…………………………………………………………………………………………………………………………………….
KESIMPULAN……………………………………………………………………………………………………………14
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………15
II
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
belakang
Manusia merupakan makhluk yang sangat
menarik. Oleh karena itu, manusia dan berbagai hal dalam dirinya sering menjadi
perbincangan diberbagai kalangan. Hampir semua lemabaga pendidikan tinggi
mengkaji manusia, karya dan dampak karyanya terhadap dirinya sendiri,
masyarakat dan lingkungan tempat tinggalnya. Para ahli telah mencetuskan
pengertian manusia sejak dahulu kala, namun sampai saat ini belum ada kata
sepakat tentang pengertian manusia yang sebenarnya. Hal ini terbukti dari
banyaknya sebutan untuk manusia, misalnya homo
sapien (manusia berakal), homo
economices (manusia ekonomi) yang kadangkala disebut Economical Animal (Binatang ekonomi), dan sebagainya.
Agama islam sebagai agama yang paling
baik tidak pernah menggolongkan manusia kedalam kelompok binatang. Hal ini
berlaku selama manusia itu mempergunakan akal pikiran dan semua karunia Allah
SWT dalam hal-hal yang diridhoi-Nya. Namun, jika manusia tidak mempergunakan
semua karunia itu dengan benar, maka derajad manusia akan turun, bahkan jauh
lebih rendah dari seekor binatang. Hal ini telah dijelaskan dalam Al-Qur’an
surat Al-A’raf ayat 179.
Sangat menariknya pembahasan tentang
manusia inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengulas sedikit tentang
Manusia Menurut Pandangan Islam.
Rumusan
masalah
Untuk
mengkaji dan mengulas tentang manusia dalam pandangan islam, maka diperlukan
subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga penulis membuat rumusan
masalah sebagai berikut:
1.
1.
Apa pengertian
manusia menurut islam?
2.
Bagaimana penciptaan
manusia dalam islam?
3.
Apa hakikat
manusia menurut islam?
4.
Apa kelebihan
manusia dari makhluk lain?
5.
Apa fungsi dan
tanggung jawab manusia dalam islam?
Tujuan
dan manfaat penulisan
Tujuan
disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas MPK agama Islam dan menjawab
pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.
Manfaat dari
penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan penulis dan pembaca
tentang manusia dalam pandangan islam dan untuk membuat kita lebih memahami
islam.
2.
BAB II
MANUSIA MENURUT TINJAUAN ISLAM
Manusia merupakan makhluk yang paling mulia di sisi Allah SWT. Manusia memiliki keunikan yang menyebabkannya berbeda
dengan makhluk lain. Manusia memiliki jiwa yang bersifat rohaniah, gaib, tidak
dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan
makhluk lain karena pada manusia terdapat daya
berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan sebagainya.
A. Pengertian
Manusia
Pengertian manusia dapat dilihat dari
berbagai segi. Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens”
(Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang mampu menguasai
makhluk lain. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah
fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Secara biologi, manusia
diartikan sebagai sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan
tinggi.
B. Pengertian
manusia menurut para ahli
· NICOLAUS
D. & A. SUDIARJA
Manusia
adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani
akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang
· ABINENO
J. I
Manusia
adalah "tubuh yang berjiwa" dan bukan "jiwa abadi yang berada
atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana"
3.
· UPANISADS
Manusia
adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana
ataubadan fisik
·
I WAYAN WATRA
Manusia
adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan
karsa
· OMAR
MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY
Manusia adalah mahluk yang paling mulia,
manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3
dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor
keturunan dan lingkungan.
· ERBE
SENTANU
Manusia
adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dikatakan bahwa manusia
adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain
· PAULA
J. C & JANET W. K
Manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih
makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara
kontinu serta turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai
kemungkinanan.
Pengertian manusia menurut agama islam
4.
Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan
beberapa istilah, antara lain al-insaan, al-naas, al-abd, dan bani adam dan
sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah, atau makhluk yang
sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’). Al-abd berarti manusia sebagai
hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan
nabi Adam.
Namun dalam
Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia
dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam
menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.
Penciptaan Manusia dalam Agama
Islam
Sebagaimana yang telah Allah firmankan:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya.” (At Tin : 5)
Terdapat dua ayat Al
Qur’an yang setidaknya dapat mewakili untuk menunjukkan kepada kita bahwa asal
kejadian manusia itu dari tanah. Ayat itu adalah dari surat Shad ayat 71 yang artinya “Sesungguhnya Aku akan
menciptakan manusia dari tanah.” dan surat Ash Shaffat ayat 11 yang artinya “Sesungguhnya Kami telah
menciptakan mereka dari tanah liat.”
Allah Subhanahu wa
Ta’ala telah menentukan tahapan-tahapan penciptaan manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman :
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu
air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu
Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
berbentuk (lain). Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (Al
Mukminun : 12-14)
6.
“Wahai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang
kebangkitan (dari kubur), maka ketahuilah sesungguhnya Kami telah menjadikan
kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah,
kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa
yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan, kemudian Kami keluarkan
kamu sebagai bayi … .” (Al Hajj : 5)
Ayat-ayat di atas
menerangkan tahap-tahap penciptaan manusia dari suatu keadaan kepada keadaan
lain, yang menunjukkan akan kesempurnaan kekuasaan-Nya. Begitu pula
penggambaran penciptaan nabi Adam yang Allah ciptakan dari suatu saripati yang
berasal dari tanah berwarna hitam yang berbau busuk dan diberi bentuk, yang tertera dalam surat Al Hijr ayat
26, “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”
Setelah Allah SWT
menciptakan nabi Adam dari tanah. Allah ciptakan pula Hawa dari Adam,
sebagaimana firman-Nya :
“Dia menciptakan kamu dari seorang diri, kemudian
Dia jadikan daripadanya istrinya … .” (Az Zumar : 6)
“Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu
dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya
… .” (Al A’raf : 189)
Dari Adam dan Hawa ‘Alaihimas Salam inilah terlahir
anak-anak manusia di muka bumi dan berketurunan dari air mani yang keluar dari
tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan hingga hari kiamat nanti. (Tafsir Ibnu Katsir juz 3 halaman 457)
Allah SWT menempatkan
nuthfah (yakni air mani yang terpancar dari laki-laki dan perempuan dan bertemu
ketika terjadi jima’) dalam rahim seorang ibu sampai waktu tertentu. Dia Yang
Maha Kuasa menjadikan rahim itu sebagai tempat yang aman dan kokoh untuk
menyimpan calon manusia. Dia nyatakan dalam firman-Nya :
“Bukankah Kami menciptakan
kalian dari air yang hina? Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh
(rahim) sampai waktu yang ditentukan.” (Al Mursalat : 20-22)
7.
Dari nuthfah, Allah jadikan ‘alaqah yakni segumpal
darah beku yang bergantung di dinding rahim. Dari ‘alaqah menjadi mudhghah
yakni sepotong daging kecil yang belum memiliki bentuk. Setelah itu dari
sepotong daging bakal anak manusia tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian
membentuknya memiliki kepala, dua tangan, dua kaki dengan tulang-tulang dan
urat-uratnya. Lalu Dia menciptakan daging untuk menyelubungi tulang-tulang
tersebut agar menjadi kokoh dan kuat. Ditiupkanlah ruh, lalu bergeraklah makhluk
tersebut menjadi makhluk baru yang dapat melihat, mendengar, dan meraba. (dapat dilihat keterangan tentang hal ini dalam
kitab-kitab tafsir, antara lain dalam Tafsir Ath Thabari, Tafsir Ibnu Katsir,
dan lain-lain)
Dari pembahasan diatas, terdasarlah kita
bahwa kita tak patut untuk menyombongkan diri karena kita ini adalah ciptaan
yang Maha Kuasa. Ciptaan yang diciptakan dengan sebaik-baiknya. Patutlah kita mensyukurinya dan
beribadah kepada-Nya.
Hakikat Manusia
Manusia dalam pandangan Islam terdiri atas dua unsur, yakni jasmani dan
rohani. Jasmani manusia bersifat materi yang berasal dari unsur unsur saripati
tanah. Sedangkan roh manusia merupakan substansi immateri berupa ruh. Ruh yang
bersifat immateri itu ada dua daya, yaitu daya pikir (akal) yang bersifat di
otak, serta daya rasa (kalbu). Keduanya merupakan substansi dari roh manusia.
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah
yang selalu berkembang dengan pengaruh
lingkungan sekitarnya karena makhluk utuh ini memiliki potensi pokok
yang terdiri atas jasmani, akal, dan rohani. Hal lain yang menjadi hakikat
manusia adalah mereka berkecenderungan beragam. Sebagai makhluk ciptaan Allah
yang memiliki potensi pokok paling banyak, manusia menjadi menarik untuk
diteliti. Manusia yang sebagai subjek kajian mengkaji
manusia sebagai objek kajiannya dalam hal karya, dampak karya terhadap dirinya
sendiri, masyarakat dan lingkungan hidupnya. Namun, sampai sekarang manusia
terutama ilmuwan belum mencapai kata sepakat tentang manusia.
8.
Manusia diberi Allah potensi yang
sangat tinggi nilainya seperti pemikiran, nafsu, kalbu, jiwa, raga, panca
indera. Namun potensi dasar yang membedakan manusia dengan makhluk ciptaan
Allah lainnya terutama hewan adalah nafsu dan akal/pemikiran. Manusia memiliki
nafsu dan akal, sedangkan binatang hanya memiliki nafsu. Manusia yang cenderung
menggunakan nafsu saja atau tidak mempergunakan akal dan berbagai potensi
pemberian Allah lainnya secara baik dan benar, maka manusia akan menurunkan
derajatnya sendiri menjadi binatang, walaupun Al-Quran tidak menggolongkan
manusia ke dalam kelompok binatang seperti yang dinyatakan Allah dalam Al-Quran
(Q.S. Al A’raf : 179) :
Mereka (jin dan
manusia) punya hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat ayat Allah),
punya mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat (tanda tanda keksuasaan
Allah), punya telinga tetap tidak mendengar (ayat ayat Allah). Mereka (manusia)
yang seperti itu sama (martabatnya) dengan hewan, bahkan lebih rendah (lagi)
dari binatang.
Kelebihan
Manusia dari Makhluk Lain
Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak
adam (manusia) dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami
melebihkan mereka atas makhluk-makhluk yang Kami ciptakan, dengan kelebihan
yang menonjol ( QS. Al Isra 70).
Pada
prinsipnya, malaikat adalah makhluk yang mulia. Namun jika manusia beriman dan
taat kepada Allah SWT ia bisa melebihi kemuliaan para malaikat. Ada beberapa
alasan yang mendukung pernyataan tsb.
Pertama, Allah
SWT memerintahkan kepada malaikat untuk bersyujud (hormat) kepada Adam as.
Allah berfirman saat awal penciptaan manusia ;
“Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada Malaikat, sujudlah kamu
kepada adam, maka sujudlah mereka kecuali iblis, ia enggan dan takabur
dan ia adalah termasuk golongan kafir. ( QS. Al Baqarah 34).
9.
Kedua, malaikat tidak
bisa menjawab pertanyaan Allah tentang al asma (nama-nama ilmu pengetahuan)
sedangkan Adam mampu karena memang diberi ilmu oleh Allah SWT.
“ Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya
kepada para malaikat, lalu berfirman, Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda
itu jika kamu memang golongan yang benar. Mereka menjawab, Maha Suci Engkau,
tidak ada yang kami katahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami,
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah
berfirman, Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini. Maka
setelah diberitahukannya nama-nama benda itu, Allah berfirman, Bukankah sudah
Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi
dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.” (Q S. Al Baqarah 33)
Ketiga,
kepatuhan malaikat kepada Allah SWT karena sudah tabiatnya, sebab malaikat tidak
memiliki hawa nafsu sedangkan kepatuhan manusia pada Allah SWT melalui
perjuangan yang berat melawan hawa nafsu dan godaan syetan.
Keempat, manusia diberi tugas
oleh Allah menjadi khalifah dimuka bumi, “Ingatlah ketika Tuhan mu berfirman kepada para
malaikat, : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka
bumi…”(QS.Al Baqarah 30)
Melihat pembahasan di atas, terlihat bahwa
manusia memiliki kelebihan dari makhluk lain. Karena sebagai mana kita ketahui, Allah telah
menjadikan manusia sebagai makhluk yang mulia. Atas dasar fakta-fakta di atas,
sudah sewajarnyalah, kita sebagai manusia (makhluk ciptaan Allah) senantiasa
bersyukur atas karunia dan kasih sayang-Nya. Salah satu kunci kesuksesan adalah
bersyukur.
10
Fungsi, Peran dan Tanggung Jawab Manusia
Menurut Islam
Manusia sebagai salah satu makhluk hidup di
Bumi ini mempunyai berbagai fungsi, peran dan tanggung jawab, dan Islam sebagai
agama dengan jumlah pemeluknya terbesar dibanding agama-agama yang lain, sudah
tentu mempunyai pandangan tersendiri akan fungsi, peran dan tanggung jawab manusia
di Bumi.
Peran Manusia Menurut Islam
Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan
adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan
ajaran Allah. Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan
ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diri dan keluarganya, baru setelah itu
kepada orang lain.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang
telah ditetapkan Allah, diantaranya adalah :
1. Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang
dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu
Al Qur’an.
2. Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39)
3. Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui
bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk
dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh
Nabi SAW.
11.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat Allah
untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada
manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya serta mendayagunakan apa
yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya.
Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih
dan menentukan, sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis.
Kebebasan manusia sebagai khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga
kebebasan yang dimiliki tidak menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang.
Kekuasaan manusia sebagai wakil Allah dibatasi oleh aturan-aturan
dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu
hukum-hukum Allah baik yang tertulis dalam kitab suci (al-Qur’an), maupun yang
tersirat dalam kandungan alam semesta (al-kaun). Seorang wakil yang melanggar
batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang mengingkari kedudukan dan
peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena itu,
ia diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di hadapan yang
diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam QS 35 (Faathir : 39) yang artinya
adalah :
“Dia-lah yang menjadikan kamu
khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafiran
orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi
Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lainhanyalah akan
menambah kerugian mereka belaka”.
Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai
hamba Allah, bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang
padu dan tak terpisahkan. Kekhalifan adalah realisasi dari pengabdian kepada
Allah yang menciptakannya.
12.
Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap
muslim sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan maka akan lahir
sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajat manusia meluncur jatuh ketingkat yang
paling rendah, seperti fiman-Nya dalam QS (at-tiin: 4) yang artinya
“sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Di dalam Al Quran sudah begitu lengkap semua hal mengenai fungsi,
peran dan tanggung jawab manusia. Oleh karena itu manusia wajib membaca dan
memahami Al Quran agar dapat memahami apa fungsi, peran dan tanggung jawabnya
sebagai manusia sehingga dapat menjalani kehidupan dengan penuh makna.